Saung Jokotetuko

Senjata-Perang Baru : Online Social Media

Posted in Narasi Besar by jokotetuko on January 1, 2009

MIDEAST-PALESTINIAN-ISRAEL-CONFLICT-GAZA

twitter_israel

Saat ini media sosial online seperti YouTube,Twitter, dan MySpace rupanya menjadi sarana propaganda yang sangat potensial bagi suatu gerakan. Barack Obama sudah membuktikannya. Melalui media sosial YouTube dan facebook, ia berhasil menjaring dukungan dari masyarakat luas dengan sangat efektif. Menggalang dukungan massa lewat media sosial online terbukti lebih efektif daripada menggalang dukungan publik lewat partai politik seperti yang dilakukan Hillary Clinton.

Israel rupanya menyadari hal ini. Dua hari setelah menyerang Gaza, Israel meluncurkan sebuah channel di YouTube. Channel itu menayangkan video berdurasi 2 menit 42 detik yang menunjukkan sekelompok militan Hamas sedang mengisikan roket di sebuah truk yang diarahkan kepada penduduk sipil Israel. Tidak hanya itu. Melalui “israelconsulate”nya (nama username Israel di Twitter) Israel berupaya menjawab semua pertanyaan publik terkait serangannya ke Gaza. Jadi, Israel tidak hanya menyampaikan informasi secara monolog, tetapi juga berdialog dengan publik. Upaya keras ini jelas bertujuan membentuk persepsi bahwa Hamaslah yang mestinya disalahkan karena melakukan teror terhadap penduduk Israel. Akhirnya yang diinginkan Israel adalah dukungan publik atas serangan “membela diri” nya kepada Hamas.

Padahal, saat video YouTube itu diluncurkan, serangan Hamas hanya menewaskan 4 orang Israel, sedangkan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 360 orang. Membenarkan serangan Israel sebagai upaya membela diri dalam kondisi tidak seimbang ini sungguh tidak masuk akal. Tapi persepsi itulah yang ingin Israel dapatkan dari publik. Israel rupanya takut kekalahannya dari Hizbullah tahun 2006 terulang. Saat itu Israel mengabaikan peran internet sebagai senjata perang baru.

Serangan udara Israel terus memakan korban. Sampai sekitar tujuh jam lalu sudah 394 orang terbunuh, termasuk 42 anak-anak. Sebanyak 1900 orang lebih mengalami luka-luka. Informasi ini disampaikan oleh Petugas Medis Gaza. PBB menyatakan bahwa sekurang-kurangnya 25 persen korban tewas adalah warga sipil.

Sampai kemarin, saat korban tewas sudah mencapai angka 373 orang, PBB tidak melakukan apapun kecuali hanya mengimbau, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Liga Arab tidak melakukan apapun selain mengecam, sedangkan Israel terus membantai.

Satu kata untuk PBB saat ini : pengecut. Satu kata untuk para pemimpin negara-negara Islam saat ini: penakut. Satu kata untuk Israel saat ini : thaghut

Ya Allah, hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.

Sumber :
[1]http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/middle_east/article5420868.ece
[2]http://www.socialtimes.com/2008/12/social-media-gaza-war/
[3]http://jpundit.typepad.com/jci/2008/12/report-on-the-gaza-war.html
[4]http://twitter.com/israelconsulate
[5]http://www.tempointeraktif.com/hg/timteng/2008/12/31/brk,20081231-153289,id.html
[6]http://www.google.com/hostednews/afp/article/ALeqM5hK61iiUmvKRUxOnv8O3LArE3Q_Ag

Memperingati Kemerdekaan di Tahun Baru

Posted in Narasi Besar by jokotetuko on December 31, 2008

Hari ini hari milikku
Juga esok kan masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Di sini di urat darahku

(Mentari, karya Abah Iwan, lagu yang membuatku terkenang akan OSKM ITB 2004)

Hari-hari ini sungguh istimewa. Inilah awal tahun dan akhir tahun sekaligus. Maksud saya, inilah awal tahun 1430 H sekaligus akhir tahun 2008 M. Baru saja tahun 1429 H menjadi kenangan. Pergantian tahun Islam ini menandai hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah 1429 tahun yang lalu. Sebentar lagi tahun 2008 juga akan berlalu. Pergantian tahun ini mengingatkan kita akan kelahiran Yesus 2008 tahun lalu.

Mengapa bukan peristiwa kelahiran Nabi Muhammad yang menjadi tanda tahun baru Islam?

Pesan Sepanjang Zaman

Enam tahun setelah wafatnya Rasulullah saw Gubernur Irak Abu Musa al-Asy`ari berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Khaththab di Madinah, yang isinya antara lain: “Surat-surat kita memiliki tanggal dan bulan, tetapi tidak berangka tahun. Sudah saatnya umat Islam membuat tarikh sendiri dalam perhitungan tahun.” Khalifah Umar ibn Khattab menyetujui usul gubernurnya ini. Terbentuklah panitia yang diketuai Khalifah Umar sendiri dengan anggota enam Sahabat Nabi terkemuka, yaitu Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Talib, Abdurrahman ibn Auf, Sa`ad ibn Abi Waqqas, Talhah ibn Ubaidillah, dan Zubair ibn Awwam. Mereka bermusyawarah untuk menentukan Tahun Satu dari kalender yang selama ini digunakan tanpa angka tahun. Ada yang mengusulkan perhitungan dari tahun kelahiran Nabi (‘Am al-Fil, 571 M), dan ada pula yang mengusulkan tahun turunnya wahyu Allah yang pertama (‘Am al-Bi’tsah, 610 M). Tetapi, akhirnya yang disepakati panitia adalah usul dari Ali ibn Abi Talib, yaitu tahun berhijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah (‘Am al-Hijrah, 622 M).

Ali ibn Abi Talib mengemukakan tiga argumentasi. Pertama, dalam Alquran sangat banyak penghargaan Allah bagi orang-orang yang berhijrah. Kedua, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah ke Madinah. Ketiga, umat Islam sepanjang zaman diharapkan selalu memiliki semangat hijriyah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan dan ingin berhijrah kepada kondisi yang lebih baik.

Maka, Khalifah Umar ibn Khattab mengeluarkan keputusan bahwa tahun hijrah Nabi adalah Tahun Satu, dan sejak saat itu kalender umat Islam disebut Tarikh Hijriyah. Tanggal 1 Muharram 1 Hijriyah bertepatan dengan 16 Tammuz 622 Rumi (16 Juli 622 Masehi). Tahun keluarnya keputusan Khalifah itu (638 M) langsung ditetapkan sebagai tahun 17 Hijriyah[1].

Semangat untuk selalu dinamis dan ingin berhijrah kepada kondisi yang lebih baik. Itulah pesan tahun baru sepanjang zaman yang hendak disampaikan para pendahulu umat ini.

Umat Islam Indonesia Sekarang

Pesan mulia ini sungguh terasa pas untuk umat Islam di negeri kita saat ini. Bagaimana tidak, kita sebenarnya banyak, tapi lemah Seberapa banyakkah kita? Tahun lalu populasi umat Islam di negeri ini mencapai lebih dari 207 juta penduduk (sekitar 88.2% dari seluruh populasi). Jumlah ini jauh lebih banyak daripada jumlah populasi muslim dari 10 negara Timur Tengah tempat Islam mula-mula tersebar (Saudi Arabia, Irak, Iran, Yaman, Suriah, Yordania, Oman, Lebanon, Kuwait, dan Uni Emirat Arab)[2].

Seberapa unggulkah kita? Mari kita tengok tetangga kita, Malaysia dan Brunei.Kita punya banyak kesamaan dengan keduanya. Boleh dikatakan, bangsa yang merdeka masing-masing 12 tahun dan 39 tahun setelah kita merdeka itu memiliki ras, warna kulit, iklim, postur tubuh, dan rumpun bahasa yang sama dengan kita. Umat Islam di ketiga negara ini juga sama-sama mencapai jumlah mayoritas.

Kalau kita membandingkan jumlah populasi, kita menang mutlak. Negeri jiran Malaysia hanya memiliki populasi muslim sebanyak 14.5 juta penduduk (sekitar 60.4% total populasi), empat belas kali lebih kecil dari populasi kita, sedangkan Brunei cuma sebanyak 240 ribu penduduk (64% total populasi).
Sayangnya, kalau pembandingnya Human Development Index (HDI), yang merupakan ukuran komparatif mengenai harapan hidup, tingkat melek huruf, pendidikan, dan standar hidup, kita kalah telak. Tiga belas hari lalu (18 Desember 2008) PBB merilis laporan HDI (untuk tahun 2006) 177 negara anggotanya. Dapat dilihat perbandingan antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei dalam tabel berikut[3].

tabel22
Karena jumlah umat Islam mayoritas, HDI Indonesia memberikan ukuran harapan hidup, tingkat melek huruf, pendidikan, dan standar hidup umat Islam Indonesia. Rupanya, sementara saudara kita di Malaysia dan Brunei sudah berkembang pesat, kita masih tertinggal.

Hijrah dan Kemerdekaan

Tiba saatnya kita berhijrah mengejar ketertinggalan itu. Siapa yang bertanggung jawab untuk membawa umat Islam Indonesia berhijrah kepada kondisi yang lebih baik? Umat Islam sendiri. Umat Islam harus mau mengubah dirinya sendiri menjadi lebih baik. Sebab, tanpa adanya upaya mangubah diri sendiri,  Allah tidak akan mengubah keadaan mereka ( lihat  Ar Ra’d[13]:11).
Yang pertama dan terpenting adalah berhijrah dari keterjajahan menuju kemerdekaan. Umat Islam harus merdeka dengan menghayati syahadat mereka. Bahwa tidak ada ilah kecuali Allah semata, dan Muhammad benar-benar utusan-Nya. Tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah. Tidak ada yang mampu menghidupkan, mematikan, memberi rizqi, memberi pertolongan, membuat beruntung atau celaka, kecuali hanya Allah semata. Tidak ada yang layak untuk dipuja dan ditakuti murkanya kecuali hanya Allah semata. Petunjuk hidup dari Allah yang disampaikan oleh Muhammad berupa Al Quran dan as Sunnah adalah pasti benar dan baik, sedangkan petunjuk dari yang lain bisa jadi benar bisa jadi salah, bisa jadi baik bisa pula malah berbahaya.

Umat  Islam harus memerdekakan dirinya dari penjajahan rasa cinta kepada selain Allah dan dari penjajahan rasa takut kepada selain Allah dengan menghambakan diri hanya kepada Allah. Kemerdekaan inilah hal pertama dan terpenting untuk dicapai agar umat Islam Indonesia bangkit dari keterpurukan.

Kemerdekaan inilah yang dimiliki kaum muslimin pada masa Nabi saw saat mereka berhijrah. Setelah mendapat perintah berhijrah, para sahabat Nabi (Muhajirin) berangkat dari kota kelahiran mereka, Makkah,  menuju sebuah kota yang jauh, Madinah, tanpa membawa harta. Mereka berpisah dengan harta yang mereka cintai dan tidak takut menghadapi ketidakpastian hidup di masa depan. Mereka yakin bahwa kalau mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya, pasti Allah akan menolong mereka. Benar, Allah pun menolong mereka dengan menumbuhkan kasih sayang di hati penduduk kota Madinah (Anshar). Anshar menyambut orang-orang dari Makkah itu, yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti menyambut saudara kandung mereka sendiri. Nafkah Muhajirin ditanggung oleh Anshar. Akhirnya, Muhajirin dapat hidup layak hingga mampu mandiri.

Kemerdekaan ini pula yang menjadi bekal kaum muslimin dalam menghadapi peperangan. Dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Ahzab,  yang semuanya terjadi dalam kurun lima tahun setelah peristiwa hijrah itu, jumlah prajurit kaum muslimin selalu jauh lebih sedikit daripada jumlah musuh. Tapi mereka yakin bahwa pertolongan itu hanya dari Allah swt. Selama taat kepada Allah dan Rasul-Nya, pertolongan itu akan mereka dapatkan. Dan tertulis dalam lembaran sejarah, apa yang mereka yakini itulah yang terjadi. Sebaliknya, di Perang Hunain (terjadi tahun 10 H) ketika jumlah prajurit muslimin jauh lebih banyak daripada pasukan musuh, umat Islam menjadi congkak karena banyaknya jumlah mereka. Ternyata jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada mereka sedikit pun (lihat At Taubah[9]:25). Serangan musuh membuat sebagian besar prajurit lari ke belakang dengan bercerai-berai. Akhirnya mereka insaf dari kecongkakan itu, lalu Allah memberi mereka kemenangan.

Dengan kemerdekaan itu juga Arek-Arek Surabaya maju berperang melawan Inggris pada November 1945. Biarpun senjata dan pengalaman perang mereka minim, mereka tidak gentar. Bagi mereka, bukan Inggris melainkan Allah yang Mahabesar.
Umat Islam yang merdeka hanya takut kepada Allah, tidak terjajah rasa takut kepada dukun, IMF, World Bank, PBB, Israel, atau Amerika Serikat sekalipun. Umat Islam yang merdeka hanya cinta kepada Allah, mencintai sesuatu karena Allah, dan membenci sesuatu karena Allah. tidak terjajah rasa cinta dan rasa benci kepada golongan-golongan yang membuat mereka tercerai-berai.

Orang yang terjajah rasa takut selalu berhijrah menghindari kematian karena kematian itu menyengsarakannya, padahal kematian itu suatu saat pasti menjemputnya. Orang yang merdeka selalu berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak takut pada kematian karena kematian itu justru anugerah baginya.

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(An Nisaa [4] : 100)

____________________________________________________________

[1] Diambil dari sebuah artikel berjudul Memahami Sejarah Hijriyah yang ditulis Dr. Sa’id Aqil Siradj, Ketua PBNU, yang dimuat Harian Republika tanggal 9 Januari 2008.
http://www.mail-archive.com/perbendaharaan-jateng@yahoogroups.com/msg00483.html

[2]http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim_population

[3]http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development_Index


Mulailah Bersahabat dengan Al Quran, Sekarang Juga!

Posted in Narasi Besar by jokotetuko on May 15, 2008

Aku memang suka pada dirimu
Namun aku ada yang punya
Lebih baik kita berteman
Kita berteman saja
Teman tapi mesra…

 

 

Apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar lirik lagu itu?

 

Pesan yang dibawa lagu itu amat jelas : ajakan berteman tapi bermesraan. Andaikan pertemanan mesra itu terjadi antara seorang ayah dengan rekan kerja wanitanya di kantor, Anda tentu bisa membayangkan bagaimana perasaan anak dan istrinya bila mengetahui hal itu.

 

Bulan lalu seorang penyanyi meluncurkan albumnya dengan cara yang ‘unik’, yaitu menyelipkan kondom di cover album lalu dibagikan secara gratis. Penyanyi itu beralasan,”Ini untuk ikut kampanye program AIDS dan KB, terserah orang akan memandangnya…Jadi, sekalian dengerin lagunya, pakai juga kondomnya.[1]

 

Saya ingin menceritakan satu lagi. Rokok,  yang jelas-jelas menyebabkan kanker, gangguan kehamilan, impotensi, dan bermacam-macam penyakit lainnya, justru diasosiasikan dengan keberanian (‘Selera Pemberani’), aktualisasi diri (‘Tunjukkan Merahmu’), sikap kritis (‘Tanya Kenapa?’), asyik dan kompak (‘Asyiknya Rame-Rame’).

 

Saya percaya Anda sepakat bahwa lagu itu mengajak kepada perselingkuhan, pembagian kondom itu justru mengajak seks bebas, dan iklan rokok seperti itu menyesatkan. Tapi, faktanya, tidak sedikit orang yang menyukainya. Buktinya, dalam waktu kurang dari dua bulan sejak diluncurkan, album yang memuat lagu Teman Tapi Mesra itu terjual lebih dari 300 ribu keping[2]. Adalah fakta juga bahwa pada tahun 2007 jumlah rokok produksi nasional dari semua perusahaan resmi mencapai 237 miliar batang.[3]

 

Inilah secuil kenyataan dalam kehidupan kita di negeri ini. Hari ini orang sudah tidak malu lagi memproduksi lagu, film, sinetron, komik,game, atau iklan yang muatannya sangat tidak mendidik.  Dengan berlindung di balik alasan kebebasan, mereka meracuni pikiran sehat kita. Masyarakat, bahkan pemerintah pun semakin berkurang kepekaannya. Apa yang dulu tabu untuk ditayangkan, kini menjadi biasa. Ombak demoralisasi tengah melanda kita, mengikis kepekaan nurani kita. Bila Anda merasa aman dari itu semua, mungkin Anda benar. Tapi bagaimana dengan anak-anak Anda atau adik-adik remaja Anda?

 

Survey yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1705 responden di Jabodetabek pada tahun 2005 menunjukkan bahwa lebih dari 80% anak usia 9 – 12 tahun telah mengakses materi pornografi. Bagaimanakah dampaknya ? Sebanyak 88.89% remaja laki-laki mencoba melakukan setelah mengkonsumsi satu materi pornografi (Studi PuskaKom FISIP UI 2005)[4]

Kalau keadaan ini terus kita biarkan, bukan tidak mungkin para remaja kita nantinya akan menjadi pasar industri pornografi, rokok, bahkan narkotika. Bukan hal yang mustahil adik-adik kita sendiri yang kita sayangi akan hidup bebas tanpa ada yang bisa mengaturnya lagi. Lalu, apa yang harus kita lakukan?Apakah yang bisa menjadi penawar bagi racun-racun pikiran itu?

 

Al Quran, Penawar yang Sesungguhnya

 

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”(Quran Surat Yunus:57)

 

Dahulu, Umar bin Khattab adalah pecandu minuman keras, bahkan karena kebodohannya, ia pernah mengubur hidup-hidup putrinya sendiri karena mengikuti tradisi nenek moyangnya. Tetapi, pada suatu ketika ia membaca Al Quran surat Thaha ayat 1-8 yang bila diterjemahkan bunyinya:

(1)Thaahaa.

(2) Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

(3) tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

(4) yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

(5) (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy.

(6) Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

(7) Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.

(8.) Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaulhusna (nama-nama yang baik).

 

Umar lalu merenungkannya dengan mendalam, ia pun masuk Islam, lalu berubah menjadi seorang yang yang amat penyayang kepada orang yang lemah.

 

Dahulu, Fudhail bin ‘Iyadh adalah kepala perampok di padang pasir. Suatu malam ketika sedang beraksi, ia mendengar orang membaca Al Quran Surat Al Hadid ayat 16:

 

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

 

 Ia merenungkan maknanya dalam-dalam. Ia pun bertaubat dengan sungguh-sungguh, hingga menjadi ulama yang sangat dihormati Khalifah Harun Al Rasyid.

 

Itulah Al Quran. Ia adalah pelajaran yang turun dari Tuhan yang telah menciptakan dan merawat setiap manusia, yang memberinya rizqi setiap saat. Siapa saja yang menerima pelajaran ini, ia akan menjadi orang yang sensitif, begitu mencintai kebenaran dan membenci kejahatan. Itulah Al Quran yang menjadi penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam jiwa manusia, baik berupa perasaan tertekan dan stress, maupun dengki, dendam, rakus, dan penyakit hati lainnya. Itulah Al Quran yang memberikan petunjuk yang terang bagi mereka yang sedang kebingungan dalm mencari makna kehidupan.

 

“…Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”(Thaha:123)

 

Anda tentu tahu bahwa bagian terbesar tubuh kita adalah air[5]. Namun, pernahkah Anda mendengar cerita tentang keajaiban air? Hasil riset Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama menunjukkan bahwa  air bisa “mendengar” kata-kata, “membaca” tulisan, dan “mengerti” pesan dan serta merekam pesan seperti pita magnetik atau compact disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan (gambar bawah).

 

Selanjutnya ditunjukkan kata ”malaikat” : terbentuk rantai dengan kristal hexagonal yang indah (gambar kiri) dan ketika ditunjukan kata “setan”, kristal berbentuk buruk dengan bola api di tengah (gambar kanan)[6].

 

 

Alangkah indahnya kristal-kristal dalam molekul air tubuh kita bila kita mendengarkan lantunan ayat Al Quran. Marilah kita memulai dari diri kita sendiri. Kita luangkan sedikit waktu kita setiap malam untuk membaca Al Quran dengan perlahan-lahan, agar kita bisa merenungkan pelajaran-pelajaran di dalamnya, agar jiwa kita yang kering dan sakit ini bisa merasakan kesejukannya.

 

Selanjutnya, marilah kita membisikkan ayat-ayat Al Quran kepada anak-anak kita sebelum lagu-lagu mesum itu mengalun di telinga mereka, agar dalam molekul-molekul air tubuh mereka muncul kristal-kristal yang indah.

 

Rasulullah saw bersabda:

“Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari qiyamat sebagai penolong bagi para sahabatnya.”(hadis riwayat Muslim dari Abi Umamah)

 

Jadikanlah Al Quran sebagai sahabat Anda sekarang juga.

 

 

 


[1] www.kapanlagi.com, 14 April 2008

[3] www.kapanlagi.com, 22 April 2008

[4] ASA INDONESIA.2008. Selamatkan Anak Indonesia dari Kekerasan Pornografi. Dipresentasikan dalam acara Forum Indonesia Muda (FIM) di Cibubur, 2-4 Mei 2008.